[Review] Gending Sriwijaya - A Pack of Femme Fatale

/
0 Comments

Hari itu saya lagi bosen di apartemen, dan saya iseng jalan - jalan di Central Park. Di Central Park pun saya tidak memiliki tujuan ngapa - ngapain. Jadi saya menuju Blitzmegaplex *ya sendirian*. Cinema adalah tempat favorit saya di mall, disusul dengan toko buku dan kemudian tempat makan. Dan saya melihat poster Gending Sriwijaya terpampang dengan tulisan Now Playing.

Sekilas terbesit film - film Ind*siar yang naga terbang dan sebagainya yang tak pantas saya sebutkan disini. Dan saya melihat ada Jupe nongol di depan posternya. Dan terbesit acara - acara infotainment di channel - channel televisi. Dan saya teringat akan omongan dosen saya *lupa siapa*, "Tau gak kenapa film horror yang gimana gitu masih ada aja penontonnya? Ya kemungkinan orang yang nonton itu terjebak macet, daripada di mobil, dia ngeliat poster ada film horror yang nampilin foto si Jupe atau siapalah, dan iseng - iseng nonton untuk hiburan, daripada macet.".

Dan mungkin aku salah satu orang tersebut ._. *plak*. Tapi aku menahan diri untuk melupakan itu semua. Karena pada suatu hari, sebelum hari saya nonton film ini, saya sudah melihat trailer film ini bersama teman saya sebelum nonton film Dead Mine. Dan aku bilang sama temen saya, "Kita harus nonton ini neh, kayaknya keren.". Yups aku ngomong gitu, dan aku ingin menepati janji saya waktu itu, karena memang trailernya keliatan "mahal". Dan saya kondisinya nonton sendirian, bukan sama teman, bukan sama keluarga, karena aku yakin kalau aku sama orang lain, mereka akan membiaskan pilihan film saya ke tempat lain LOL. Dan saya liat jam tayangnya, sudah hampir mulai, so why not?

Ok menuju ke filmnya. Pada awalnya kita disuguhkan tampilan sebuah kerajaan. Dan semua yang ada di film begitu tampak "mahal". Dari set, kostum, dan make up nya ditata dengan sangat baik, dan merupakan pengalaman pertama saya melihat film Indonesia menggunakan artistik yang sangat kuat dan bagus. Dan dari aktingnya, saya seperti disempal kaos kaki ke mulut oleh Jupe. Melihat aktingnya si Jupe, bisa bikin mulut nga - nga. Aku gak nyangka kalau si Jupe ini bisa akting segitunya. Dan aku sempat meragukan kalau film - film horror yang diperanin si Jupe ini ternyata bagus, karena aku belum pernah liat film horror tersebut, dan aku meragukan para reviewer film horror tersebut, karena di dalam film Gending Sriwijaya ini saya disajikan realita yang berbeda.

Oh iya, karena saya orang Sumatra, tepatnya Bangka Belitung, saya tidak terlalu susah mengikuti bahasa yang dipakai di dalam film. Perlu diketahui mereka menggunakan bahasa Palembang yang gak terlalu jauh - jauh amat sama bahasa Bangka menurut saya. Dan saya agak terpukau melihat para aktor sama aktris melakukan dialog memakai bahasa Palembang. Kerasa something gimana gitu~.

Btw... salah teman aku nanya sama aku, "Ada Mathias Muchus kan yang maen?". Karena aku gak gitu kenal nama aktor / aktris, aku gak tau. Dan setelah aku google nama itu, muncul sebuah gambar muka yang aku familiar. Terus aku mikir semua keseluruhan cerita, dimana orang tersebut muncul. Dan saya sama sekali tidak mengingat ada Mathias Muchus yang maen. Setelah aku google lagi, dan melihat Mathias Muchus menjadi pemeran yang lumayan banyak di dalam film yaitu Ki Goblek. Aku agak - agak kaget. Aku kembali googling nyari foto Ki Goblek. Dan ternyata... anjir... beda banget ==a... setelah diteliti memang itu orang yang sama. Dan saya kasih dua jempol untuk penata artistiknya, terutama make up artistnya. Make up artistnya juga berhasil membuat si Jupe ini jadi tampak lebih "gelap".

Oh ya persiapan juga patut dilihat dari film ini. Film ini berhasil memaksa beberapa pemain utama untuk nge-gym dan menampilkan perut yang rata mendekati six pack. Lihat aja si Sahrul Gunawan, karena seingat saya tubuhnya tidak seatletis itu sebelumnya ._. *ngiri mode : on*. Untuk kostum, mereka tidak memakai kostum *eh*, maksudnya para lelaki *lanang kalau di film*, itu mayoritas bertelanjang dada, dan menampilkan tubuh eksotisnya *eh*.

Dan karena ini film action, actionnya juga gak bisa dibilang main - main, actionnya itu kalau aku bandingkan sama film The Raid, tidak kalah, dan bisa dibilang menyamai bahkan lebih. Walaupun kurang bisa dibandingkan juga seh, karena itu dua hal yang berbeda *seperti membandingkan apel sama jeruk istilahnya*. Yang aku suka dari film ini adalah ada aksi dari Femme Fatale, yaitu para wanita yang "berbahaya", cara mereka bela diri adalah menarik perhatian musuh laki - laki dengan kodratnya sebagai wanita, kemudian saat mereka lengah langsung dibantai. Serasa melihat film Charlie Angel gitu. Dan mereka adalah para femme fatale, bukan hanya satu orang saja. Dan si Jupe menjadi ketuanya. Seberapa sering seh kita melihat pemain wanita jungkir balik, pake kedua kakinya nangkep kepala musuh, terus dibanting sambil muter @.@... Keren abis. Dan mayoritas sisi action di film diperankan oleh wanita, dan ini sangat jarang di film - film yang saya lihat sebelumnya.

Kemudian, dari sisi cerita. Saya suka adegan bunuh - bunuhannya. Si Hanung Bramantyo ini kalau mau ngebunuh gak nanggung. Biasanya di film - film lain, yang biasa ngebunuh atau dibunuh itu adalah lelaki dewasa. Tapi tidak untuk kasus ini, film ini tanpa pandang bulu, anak - anak, wanita, nenek - nenek, kakek - kakek semuanya dibunuh. Tusuk - tusukan tanpa henti, darah muncrat - muncratan, dan semua itu disuguhkan di layar tanpa efek kamera *eh*, maksudnya gak di outframe dari layar, tapi aku yakin itu pakai CG atau teknik artistik khusus *semoga gak beneran ditusuk*.

Dan untuk aktingnya, sangat topcer. Karakterisasi dari setiap tokohnya dapet, sampai - sampai kita bisa merasakan "kasian" sama tokoh antagonisnya, dan ini saya suka. Rasa kasiannya itu bercampur kesel, dan kita hampir gak tau mau digimanain itu antagonisnya, pengen dibunuh, kasian, tapi kalau dibiarin idup bikin ngeselin LOL.

Untuk cerita aku singgung di akhir sih. Sebenernya untuk cerita itu biasa - biasa aja. Kenapa aku bilang begitu? Karena ceritanya itu lumayan umum seh, dan bisa diceritain dengan sangat ringkas. Ini spoiler bagi yang belum nonton, jadi jangan baca kalau blom nonton.

Perebutan kekuasaan antara putra sulung sama putra bungsu. Si raja pengen kasih ke bungsu karena dia lebih bijaksana, si sulung gak terima. Terus si sulung nyuruh siapa gitu ngebunuh raja, dan si bungsu jadi tersangka karena ada barangnya si bungsu di tekape. Si bungsu dihukum mati, tapi singkat cerita dia berhasil kabur, dan ditemukan oleh para perampok yang kesel sama pemerintah kerajaan. Singkat cerita si sulung jadi raja, pengen menaklukan semuanya, termasuk para perampok. Perampok dihabisin, dan akhirnya si bungsu ngelabrak si sulung, akhirnya dia ngebunuh si sulung dan jadi raja. The End.


Untuk ceritanya, sepertinya lack of twist. Saat adegan pembunuhan raja, saya harap pelakunya itu tidak gampang ditebak. Ternyata si Hanung gak ngasih itu, ntah kenapa ==a *annoyed*. Dan ceritanya ada beberapa adegan yang serasa di skip menggunakan animasi cartoony~... Kurang tau apa tujuannya, antara mengurangi biaya produksi atau mau menyingkat cerita karena itu kurang penting dan ngasih impresi ke penonton "Itu gak penting, tapi itu alur ceritanya supaya nyambung, jadi mendingan dicepetin pake gituan". Setelah dipikir - pikir, memang gak penting seh kalau mau dibuat scene untuk menjelaskan hal - hal seperti itu, bikin cerita tambah panjang, padahal maksudnya untuk menyampaikan kalimat "Singkat kata, si sulung jadi raja". Untuk menunjukkan prosesi dia dilantik memang rasanya gak penting abis. Tapi rasanya memang agak aneh tiba - tiba muncul animasi kayak gituan.

Walaupun ceritanya biasa - biasa aja, film ini sanggup untuk menempelkan pantat saya di kursi bioskop dan menikmatinya. Cara pembawaan cerita ini sangat menarik perhatian, dan setiap view yang ada di layar sangat menarik untuk dilewatkan. Tetapi ya durasi tayangnya terlalu lama, karena lewat dari waktu normal 90 menit. Film ini berdurasi 2 jam. Karena itu, padahal saya sudah meniatkan untuk menahan gairah buang air kecil saya dipertengahan film dan berharap bisa nempel di kursi terus sampai film habis, tetapi janji hanyalah janji, akhirnya saya menyempatkan diri ke toilet dan kehilangan beberapa frame dari film Gending Sriwijaya ini.

Akhir dari menonton filmnya, saya ngelus - ngelus dada. Si Hanung memang mengerti ternyata, disepanjang filmnya untungnya saya tidak menyaksikan adanya naga terbang. Tetapi ada beberapa bagian yang visual effectnya masih keliatan kurang rapih seh, tapi saya maafkan deh, gak papa, jangan ulangin lagi ya Hanung *timpuk Hanung pake bata*.

Btw... aku pengen nonton ulang lagi filmnya untuk membalaskan dendam aku kehilangan beberapa frame dari film tersebut. Tetapi apa bisa dikata, ini film cepet abis turun dari bioskop kayak mau ngejar deadline. Diliat dari statistik yang nonton, aku rasa ini film dikit yang nonton *statistik apaan coba?*. Ini bisa dibuktikan dengan pas aku daftar pake Blitz Card, tempat duduk yang terisi cuman dua! Sebelahan! Dan itu film udah hampir mulai! Ngapain orang berdua, sebelah - sebelahan di gedung bioskop yang gede, berdua doang?! *mulai aneh - aneh*. Dan kehadiran aku mengganggu ketenangan mereka berdua hahahahaha. Tapi karena aku gak mau jadi lalet untuk duduk disebelah mereka *dan agak awkward lah, kalau mereka ngapa - ngapain, agak - agak gimana juga aku LOL*. Jadi aku kasih sedikit privasi buat mereka dan duduk di belakangnya agak ke kanan *mau jauh - jauh juga takut sendirian aku*. Dan saat mulai filmnya ternyata bioskop itu kedatangan dua orang baru lagi. Satunya duduk di belakang orang berdua agak sebelah kiri, mungkin pikiran dia sama kayak aku, dan satu lagi agak belakang lagi. Jadi kita berlima, menikmati film yang turunnya dari bioskop cepetnya gak kira - kira. Dan akhir kata ini film jadi amat teramat sangat langka untuk ditonton dan hanya orang terpilih lah yang bisa nonton film ini LOL.

At last, ini film recommended sangat buat ditonton.

Summary
Idea : 5 / 10, idea femme fatalenya segar, tapi selebihnya biasa aja
Story : 4 / 10, straight forward ceritanya seh
Story Telling : 6 / 10, sangat enak dibawainnya oleh Hanung
Acting : 7 / 10, aktingnya merupakan salah satu bagian yang kuat dari film ini
Art : 7 / 10, dari set, kostum, make up, sangat bagus digarapnya
Sound : 5 / 10, actually aku kurang bisa ngenilai sound, tapi karena okay aja gak ada masalah sama sound, jadi aku kasih nilai normal

Diliat dari nilainya memang terlihat rendah, karena aku gak ada patokannya. Dan aku sangat gimana gitu kalau aku kasih nilai 6 keatas, karena jika begitu, maka angka 1, 2, 3, 4 bakal jarang disentuh :p. Jadi bisa dibilang aku pelit nilai. Karena aku yakin masih ada film yang bisa jauh lebih bagus dari ini, jadi nilai 8, 9, 10 aku reserved untuk film tersebut :D.


You may also like

Tidak ada komentar:

alijaya. Diberdayakan oleh Blogger.