Goodbye and See You Letter

/
5 Comments
Dia... masuk ke dalam bus seperti biasanya, angin berhembus di belakangnya melalui sela - sela lekuk tubuhnya yang indah dan cahaya matahari menyiraminya dengan begitu rata sehingga laki - laki yang duduk dekat dengan pintu masuk itu dapat melihat dengan jelas dengan wanita yang dia tunggu - tunggu itu, Mia Anastasya. Mia melewati bangku depan dan melewati laki - laki tersebut, sambil tersenyum kecil kepada penumpang - penumpang lain dan mencari tempat duduk untuknya. Mia pun duduk dengan manis di salah satu kursi di sebelah kanan dan menatap ke luar, memandangi hingar bingar aktivitas di luar jendela yang membatasinya dengan dunia luar. Dia memandangi jendela dengan seksama seperti semua misteri dunia terdapat pada jendela tersebut. Di lain pihak, laki - laki yang di bangku depan tetap menatapi si wanita itu, melihat gerak geriknya yang lambat dan gemulai tersebut.


Laki - laki itu melihat kursi kosong yang ada di sampingnya dan memikirkan kenapa wanita tersebut tidak duduk disampingnya. Laki - laki yang bernama Gustav Neo itu pun hanya bisa menghela nafas dan menunggu kesempatan untuk dapat menyapa Mia. Dia berpikir mungkin saat Mia turun dari bus dia dapat mengejarnya, dan mungkin, ya mungkin memberikan kartu namanya dan berbincang ajak kenalan. Walaupun mungkin Mia tidak mengetahui Gustav, Gustav sudah memperhatikan Mia sejak lama, mungkin 1 bulan terakhir, dia memerhatikan Mia setiap hari di dalam bus tersebut.

Roda bus pun bergulir maju dan melewati beberapa daerah yang tidak terlalu dipedulikan oleh Gustav. Gustav hanya memikirkan satu daerah yaitu daerah tempat Mia akan turun, yaitu persimpangan Chinese Town. Bus pun memperdengarkan bunyi decit - decit remnya, dan si supir bus meneriakan daerah Chinese Town sehingga penumpang yang ingin turun disitu bisa segera angkat kaki dan turun menyediakan tempat duduk bagi penumpang baru akan naik. Mia pun segera beranjak dan tersadar dari lamunannya, dia bergegas menyandang tasnya yang bermerek dan siap turun. Badan Gustav pun mengejang, dan akhirnya dia memberanikan untuk mengangkat badannya dari kursi dengan susah payah. Mia sudah melewati kursi tempat duduknya, dan dia hendak mengejarnya. Sampai di mulut pintu, Mia turun dengan mantap dan pergi ke arah tujuannya. Gustav sudah hampir meraihnya dan keluar. Dia coba mengulurkan tangannya keluar tetapi seperti ada selaput tak kasat mata yang membatasi isi dalam bus tersebut dengan luar. Dia mencoba untuk menembus selaput itu, dia memukulnya, menerjangnya, tetapi selaput itu tidak bergeming, sementara Mia telah menjauh memasuki gang - gang menuju rumahnya. Gustav pun meneriakkan Mia, dan masih memukul - mukul selaput tipis itu. Tapi apa daya suaranya tak akan di dengar oleh Mia, bahkan oleh siapapun termasuk supir bus tersebut. Suaranya tak bisa menembus dunia yang sudah mati dengan dunia yang masih hidup, ya Gustav sudah meninggal sejak 1 bulan yang lalu.

Tak sadar ia telah melakukan hal yang persis sama seperti itu selama beberapa hari terakhir dan tidak membuahkan hasil. Yang bisa dia lakukan adalah berharap Mia dapet duduk bersamanya di sampingnya, walaupun itu hanya 5 menit tiap hari. Tetapi yang selama ini dia lakukan untuk hal tersebut tidak kunjung datang. Padahal ia telah mengusir orang - orang selain Mia untuk duduk disitu. Dia mengganggu orang - orang yang kebetulan memilih kursi disampingnya dengan berbagai cara, dia menyubit - nyubit orang disampingnya, atau mendorongnya sampai jatuh, atau hal yang lainnya. Sehingga orang - orang mengira bahwa bangku di situ berhantu sehingga tidak ada satu orang pun yang duduk di sana selama beberapa hari terakhir, termasuk Mia.

Gustav berbaring di bangku depan dan membenamkan kepalanya di bantalan bangku. Gustav tahu dirinya ntah bagaimana terikat dalam bus ini dan terikat dengan Mia. Dia mengenang kembali bagaimana dia meninggal. Sore itu, tepat saat dia melihat Mia yang sedang terbenam dengan handphonenya di tangannya, Mia melintasi jalan dimana bus yang bernomor 16 itu melaju. Tanpa aba - aba apapun, bus tersebut melaju menuju Mia, supir bus telah menekan klakson beberapa kali, dan ketika klakson ke enam Mia baru tersadar dari lamunanya tersebut, tetapi itu sudah sangat terlambat, supir tersebut membanting stir ke kiri, dan benar saja bus tersebut kehilangan keseimbangan sehingga roda di sebelah kanannya tak menyentuh tanah lagi, bus tersebut miring ke kiri dan berguling ke samping sebanyak satu setengah putaran. Penumpang bus berteriak, tapi tak ada yang melakukan apapun, hanya berteriak dengan ketakutan dan melewati tahap panik dahulu karena terjadi sangat tiba - tiba. Mia hanya bisa berdiri terpaku di tengah jalan dengan wajah pucat melihat kejadian yang baru saja terjadi. Mia tidak dapat berpikir dengan jernih dia tetap mematung disana sampai beberapa orang di sekitarnya berteriak - teriak untuk menelpon ambulans atau apapun. Dan ada seseorang yang mendekati Mia dan menanyakan keadaannya sambil menyingkirkan wanita itu dari jalan. Kejadian tersebut mengakibatkan 12 dari 20 orang di bus tersebut luka - luka. Dan seseorang tewas, Gustav lah orang tersebut.

Dan sekarang pun Gustav menjadi seperti ini. Dia berpikir apakah semua yang meninggal memang mengalami hal yang serupa, yaitu terikat di tempat dimana dia meninggal. Atau ini adalah salah satu tahap sebelum dia benar - benar menuju alam lain. Dia berpikir apakah dia merupakan salah satu seperti yang disebut orang lain sebagai hantu gentayangan. Dia tidak dapat berpikir jernih setelah semua hidupnya tiba - tiba berubah seperti ini. Dan dia juga tertawa karena berpikir dirinya masih hidup, hanya tawa kecil yang menghibur dirinya disaat ini.

Akhirnya dia mempunyai cara lain, yaitu membuat pesan terhadap Mia. Walaupun dia tahu suaranya tidak bisa terdengar di dunia nyata, dia tahu ntah bagaimana caranya dia dapat menyentuh benda - benda di dunia nyata, itu terbukti bahwa dia bisa duduk sewaktu bus tersebut berjalan. Masalahnya bagaimana dia dapat membuat pesan tersebut? Bagaimana dia bisa membuat Mia akan membaca pesannya tersebut? Dan bagaimana kalau Mia tidak menangkap apa isi pesan tersebut dan malah takut menaiki bus ini?

Akhirnya Gustav memberanikan diri untuk 'meminjam' barang - barang dari penumpang lainnya seperti, kertas dan pulpen, apalagi memangnya yang diperlukan. Dia menuliskan seperti ini "Mia Anastasya, mungkin kau tidak mengenalku, tapi ada satu permintaan kecil yang aku inginkan darimu, mungkin ini agak aneh, tetapi bisakah kau duduk di bangku depan pada suatu waktu?". Dia melipatkan kertas itu menjadi empat bagian. Kemudian menggenggamnya dan menunggu Mia sampai datang untuk menyelipkannya ke tangannya atau ke tasnya atau dimana saja yang bisa Mia temukan.

Dan dia berhasil melakukannya, dan sekarang Mia sedang menatap kertas tersebut. Mia melihat ke sekelilingnya berusaha untuk mencari siapa yang telah memberikan kertas tersebut. Dengan bingung dia membuka kertas tersebut dan terkejut melihat namanya ditulis di kertas tersebut. Mukanya menampakkan ekspresi bingung, dan takut kalau itu ternyata jebakan preman atau apa. Sehingga ia meremukkan kertas tersebut dan membuangnya. Gustav yang melihat itu sangat kecewa, dan tidak tahu harus melakukan apa lagi.

Gustav pun mencoba hal yang sama lagi keesokan harinya, dia menuliskan seperti ini, "Mia Anastasya, maaf aku telah membuatmu heran atau takut. Aku melihat kamu membuang suratku kemarin. Memang kau tak mengenalku, jadi wajar kalau kau berbuat begitu. Jadi mungkin aku akan mengenalkan diriku dulu, nama saya Gustav Neo. Mungkin sekarang kau tahu siapa saya. Saya adalah korban meninggal pas terjadi kecelakaan waktu itu. Mungkin kau takut sekarang, ya aku tidak bisa mengharapkan lebih. Tapi permintaanku masih sama, maukah kamu duduk di bangku depan? Saya berjanji tidak akan menyakitimu atau melakukan hal yang buruk terhadapmu.".

Mia pun mendapatkan surat yang dikirimi oleh Gustav tersebut. Dan dia pun membukanya dengan sedikit cemas. Dia membacanya, dan mukanya pucat. Dia celingak - celinguk dan dia berteriak menanyakan siapa yang iseng memberikan surat tersebut. Semua penumpang melihat kepadanya bingung. Dan penumpang di belakangnya bertanya apa yang terjadi kepadanya dan menanyakan apa dia baik - baik saja. Mia pun kembali menenangkan dirinya dan minta maaf kepada semua penumpang. Dia melihat kertas tersebut, dan membaliknya. Dia menuliskan balasannya di balik kertas tersebut, "Aku tak tahu kamu siapa, dan kamu mau apa denganku. Dan aku juga tidak yakin kalau kau adalah Gustav. Penumpang bus tersebut sudah meninggal lama, dan aku tidak akan percaya jika kamu berkata bahwa kamu adalah hantu atau apa. Perlu kau ketahui aku tidak akan terpengaruh oleh hal - hal seperti itu. Jadi sebaiknya kamu menghentikan apapun yang sedang kamu rencanakan, atau saya akan melapor kepada polisi tentang hal ini."

Mia pun menaruh kertas tersebut di kursinya, dan beranjak turun pulang. Gustav melihat kertas tersebut terbaring dengan lecek di atas kursi Mia. Dia beranjak dan melihat kertas tersebut dan menyadari ada balasan dari Mia. Dia membaca kertas tersebut dan tahu bahwa usahanya tidak berjalan dengan mulus. Tapi dia tetap membalas terhadap Mia, "Mia Anastasya, aku tidak menyangka bahwa kamu ternyata akan membalas surat ini. Tetapi seperti yang aku katakan sebelumnya, benar aku adalah Gustav Neo, dan saya tidak berbohong kepadamu. Dan ya, aku sendiri aku tidak tahu aku ini apa, tetapi mungkin saya adalah hantu. Ntah bagaimana saya terikat kepada bus ini, dan tidak bisa keluar dari bus ini. Jika kamu mau melaporkan kepada polisi supaya kamu tenang, saya persilahkan, karena kemungkinan besar saya tidak bisa tertangkap. Karena saya sudah selama satu bulan ini berada di bus ini dan orang - orang tidak pernah menganggap atau melihat saya. Saya sudah selama satu bulan ini terus menerus duduk di bangku paling depan siang maupun malam, saat bus jalan ataupun istirahat. Saya tidak tahu harus apa disini, saya tidak tahu tujuan saya apa disini. Yang aku tahu, aku hanya ingin kamu duduk disamping aku selama beberapa menit saja dari kamu pulang kerja sampai kamu pulang rumah. Aku tak tahu kenapa aku menginginkan hal tersebut, itu tiba - tiba saja terjadi. Dan saya janji, setelah kamu melakukan hal tersebut aku tak akan mengganggumu lagi."

Hari berikutnya pun, seperti biasa, Mia menerima surat tersebut di tasnya, dan celingak celinguk melihat siapa yang telah mendekatinya sehingga bisa menyelipkan surat tersebut. Tetapi saat itu bus lagi sepi, dan hampir tidak ada orang yang bisa mendekati tasnya tanpa ia lihat. Ia membuka surat itu dengan ragu - ragu sejenak, kemudian mulai membacanya. Dia mulai mengernyit saat membaca bahwa pengirim surat tersebut adalah hantu, badannya mengejang dan merinding. Dingin tiba - tiba merasuki tulang - tulangnya. Tapi dia berusaha tenang, dan menulis kembali balasan untuk orang tersebut. "Aku tidak percaya kepadamu. Aku tidak percaya hantu. Kamu harus membuktikan hal tersebut! A-". Tiba - tiba tangannya seperti kaku tidak dapat melanjutkan tulisannya. Punggung tangannya tiba - tiba merasakan tekanan seolah - olah ada tangan yang memegang tangannya. Dan secara sadar tetapi bukan keinginannya, tangannya bergerak - gerak di atas kertas menuliskan sesuatu. Mia terpekik kecil tetapi tetap memperhatikan tulisan yang dibentuk, "Aku akan membuktikannya dengan memegang tanganmu sambil menulis surat ini. Jangan teriak, aku tidak ingin orang lain menganggap kamu gila. Ya ini memang gila, tapi kau harus percaya padaku.".

Kemudian tangan Mia berhenti menulis. Dia memandang berkeliling, dan mulai menulis lagi di kertas, "Rasanya tidak adil aku tidak bisa melihatmu, tapi aku asumsikan kamu masih memperhatikan apa yang aku tulis sekarang. Rasanya sulit mempercayai apa yang barusan terjadi, tapi seandainya aku percaya, apa yang ingin aku lakukan sekarang?". Dia memandang berkeliling, meletakkan pulpennya di atas kertas. Dan menunggu tangannya digerakkan lagi. Tapi ternyata tangannya tak merasakan sensasi seperti digenggam lagi. Melainkan matanya seakan - akan memainkan trik kepada otaknya, dia melihat pulpen tersebut melayang - layang sendiri di atas kertas dan menggoreskan huruf demi huruf diatasnya. Matanya mengerjap - ngerjap tak percaya dan mulai meratapi huruf - huruf yang muncul secara ajaib di atas kertas tersebut. "Ya memang itu tidak adil. Aku dapat melihat dan mendengar suaramu, tetapi aku sama sekali tidak terlihat dan suaraku tak terdengar olehmu, aku sering memanggil namamu, tetapi kamu tak pernah menoleh kepadaku. Aku pun takut jika aku melakukan hal ini, kamu pun menjadi takut atau apa. Dan benar kamu takut, tapi sejauh ini, sepertinya tidak apa - apa. Dan permintaan aku masih sama seperti sebelumnya, maukah kau berbaik hati membantu saya untuk duduk di bangku depan? Aku tidak tahu ini untuk apa, tapi aku yakin dengan begitu mungkin aku bisa tenang, atau apalah. Yang aku tahu itu sangat berarti bagiku.".

Setelah Mia membaca kata - kata tersebut, Mia pun mengangguk kepada entah siapa. Dia berdiri membawa tasnya, dan berjalan menuju bangku depan. Supir yang melihat itu langsung agak terkejut dan mengatakan bahwa sebaiknya Mia tidak duduk disana. Tetapi Mia bilang ia tidak apa - apa duduk disitu. Supir pun tidak punya hak banyak untuk berkata - kata lagi, dia kembali fokus dengan tugas menyetirnya.

Mia mengambil kertas baru karena kertas tadi sudah hampir penuh, dia menulis "Sekarang aku sudah di depan, sekarang apa?". Gustav yang masih tidak menyangka bahwa usahanya berhasil, masih terbengong sesaat di kursi lama Mia. Dia segera berdiri dan menyusul Mia di bangku depan. Dia membaca tulisan rapi Mia di atas kertas baru tersebut. Sebelum dia menyabet pulpen dari tangan Mia, dia ragu. Kemudian dia mengambil pulpen tersebut dan menulis, "Aku juga tidak tahu, tapi terima kasih telah mengabulkan permohonanku. Mungkin kita akan mengobrol santai sebagai orang yang baru kenalan atau sebagai teman sampai kau sampai di tempat kau turun?".

Mia menatap lagi kertas tersebut dan mulai berpikir apa yang sebaiknya dibicarakan dengan seseorang hantu. Mia mulai menulis, "Aku tidak tahu, aku kira kau sudah menyiapkan hal ini dari sebulan yang lalu?". Pipi Gustav memerah membaca tulisan itu, walaupun dia tahu Mia tidak dapat melihat pipinya merona seperti itu. Dengan malu - malu dia menuliskan jawabannya di atas kertas tersebut, "Aku... okeh aku tidak menyangka bahwa rencana aku bakal berhasil. Jadi aku tak pernah berpikir bahwa kamu benar - benar akan duduk disamping aku. Jadi mungkin aku bisa mulai percakapan dengan bilang cuaca hari ini cerah ya?". Setelah menulis itu Gustav tahu bahwa dia merasa menjadi hantu terbodoh yang pernah ada.

Mia secara tidak sengaja tertawa kecil, walaupun itu aneh, dia seperti tertawa sendiri. Maia menatap lagi kertas itu tidak bisa menahan senyumnya, "Oh... sebagai hantu, kau payah sekali dalam urusan berbicara ini. Ya cuaca hari ini cerah, kalau itu memuaskan pertanyaanmu. Mungkin aku akan mulai dulu, kamu sebelumnya pernah bekerja apa?". Gustav pun masih menahan malu dan menulis balasannya, "Aku adalah seorang musisi jalanan. Tapi penampilanku rapi dan tidak seperti pengamen - pengamen lain. Ya aku bukanlah seorang pengamen yang tiba - tiba datang mengganggu orang dengan suara cempreng. Sebagai musisi jalanan aku lumayan terkenal di daerahku. Bisa dibilang sebagai konser pribadi di pinggir jalan sih. Ada dua lagi rekan aku yang sama - sama tampil. Mereka memainkan gitar dan drum perkusi kecil. Sedangkan aku jadi vokalis dan memainkan harmonika.".

Mia agak kagum sekaligus terkejut oleh tulisan lelaki itu. Mia mengambil pulpen tersebut, dan membalas percakapan aneh dan canggung itu. "Jadi, kamu adalah seorang vokalis dan musisi, dan ntah bagaimana aku jadi ingin melihat kamu bernyanyi, walaupun itu tidak mungkin. Dan sebentar lagi kita sudah hampir sampai. Sepertinya, sekarang kamu bisa memberitahuku sesuatu yang kira - kira penting sekali sebelum kita berpisah.". Gustav pun melihat jalan, ya, memang sebentar lagi mereka sudah mau sampai tujuan. "Jujur aku tidak tahu harus memberitahumu apa, tapi mungkin aku bisa menitipi sesuatu, suatu lagu, kepada teman - temanku.". Gustav pun mulai menulis lirik - lirik lagu, beserta dengan kunci gitar serta nadanya. Mia memperhatikan tulisan itu dengan seksama, dan juga membaca lirik tersebut. Lirik tersebut menceritakan tentang perpisahan, dan walaupun mereka berpisah, mereka yakin satu sama lain mereka akan tetap mengenang mereka di dalam hatinya. Dan mereka harus bisa bertahan dalam perpisahan itu sampai suatu saat akan mempertemukan mereka kembali. Dan mereka akan tetap menunggu. Gustav pun menuliskan judulnya di atas lirik tersebut. "Goodbye and See You Letter".

Mia mengerjapkan matanya dan mulai mengambil kertas baru lagi untuk menulis balasan, "Apa tidak salah kamu menuliskan Letter? Bukankah harusnya Later?". Gustav sudah memprediksi Mia akan bertanya seperti itu, "Tidak apa - apa, memang itu disengaja. Semua lagu kami selalu sengaja memberikan typo pada judulnya. Jadi jika kamu memberikan lagu ini kepada mereka, mereka bakalan yakin bahwa lagu ini adalah ciptaan saya.". Mia mengangguk mengerti, walaupun dia tidak bisa memastikan bahwa Gustav melihat anggukannya tersebut. Mia kembali menuliskan, "Dan dimana saya bisa menemukan mereka, Gustav?". Gustav agak sedikit terkejut saat namanya ditulis di atas kertas tersebut. Dia berhasil mengatasi keterkejutannya dan menulis balasannya, "Di stasiun kereta api dekat kamu naik tadi. Mereka dua orang, satu orang memegang gitar, dan satunya memegang drum, tapi aku tidak tahu apakah mereka telah mencari orang lain untuk menggantikanku. Dan mereka gampang terlihat karena merekalah satu - satunya musisi jalanan yang ada di stasiun tersebut.".

Akhirnya, bus membunyikan bunyi berdecit yang biasa sering didengar oleh Mia. Supir meneriakkan tempat pemberhentian Mia. Mia pun bergegas menulis pesan lagi, "Oh, apakah ada lagi?". Gustav ntah mengapa tenaganya sudah agak menghilang. Dia tidak bisa benar - benar menulis lagi, sehingga tulisannya tidak karuan. "Mungkin tidak, itu saja. Saya ingin berterima kasih karena kamu telah mengabulkan keinginan terakhir saya dan menemani aku di saat - saat terakhir. Dan aku sudah berjanji kepadamu kalau aku tidak akan mengganggumu lagi. Sekali lagi terima kasih.". Mia tidak tahu harus menuliskan apa lagi. Dia merasa bersalah jika dia turun sekarang. Penumpang lain sudah berceceran keluar dan sudah ada penumpang baru yang masuk. Supir menegurnya apakah dia akan turun sekarang. Mia mengatakan sebentar lagi akan turun. Dia menuliskan sesuatu dengan terburu - buru di kertas tersebut. "Saya menyesal atas apa yang tertimpa kepadamu, dan saya minta maaf.". Mia menunggu jawaban dari kertas tersebut. Gustav telah membaca kertas itu. Tenaganya tinggal sedikit dan hampir tidak bisa mengangkat pena hanya untuk menulis "Tidak apa - apa, aku sudah memaafkanmu.". Tapi yang ditunggu Mia hanya jawaban kosong di kertas. Supir sudah menyuruhnya turun. Dan Mia pun dengan berat hati meninggalkan tempat duduk tersebut sambil turun perlahan, tetap memperhatikan tempat duduk tersebut, kertas tersebut. Tetapi sampai keluar bus tersebut pun, masih tidak ada jawaban di kertas tersebut. Gustav sudah menghilang menjadi kabut dan terbang ke langit.

Hari selanjutnya, pulang dari kerja, Mia mampir di stasiun kereta api seperti yang dikatakan oleh Gustav. Dan benar seperti kata Gustav, teman - temannya memang mudah ditemukan. Mereka ada di samping tempat orang - orang mengantri. Dia melihat dua orang seperti yang dikatakan Gustav kepada Mia. Sepertinya mereka belum mencari pengganti untuk Gustav. Mia berjalan menuju mereka, dan menyerahkan lagu tersebut kepada mereka. Dengan bingung, orang yang membawa gitar tersebut mengambil kertas tersebut dan membukanya. Kemudian Mia menjelaskan bahwa dia adalah teman Gustav, dan dia menitipkan kertas itu kepadanya, tetapi ia lupa sejak lama, dan baru dapat memberikannya sekarang. Kedua temannya tersebut membaca lirik lagu tersebut dan mulai terisak sedih. Mungkin untuk mereka, lirik tersebut sangat berarti dan mempunyai kesan tersendiri yang tidak bisa Mia rasakan. Kemudian Mia melambaikan tangan kepada mereka dan pergi. Saat berjalan keluar, dia mendengarkan pemain gitar tersebut memulai lagu yang diberikan oleh Gustav tersebut. Kemudian mereka berdua mulai bernyanyi sambil bermain alat musik mereka. Suara kesedihan mewarnai lagu tersebut. Alunan nada yang begitu mengiris hati bagi siapapun mendengarnya. Tak sengaja, Mia pun meneteskan air matanya mendengar lagu tersebut, walaupun dia pernah membaca lirik tersebut, dia tidak pernah mendengar lagu tersebut dimainkan begitu menyakitkan dan menyedihkan.

Mia kemudian menaiki bus biasanya dan menuju rumahnya. Sekarang dia duduk di depan, dan menulis di atas kertas berharap Gustav membalasnya, "Aku sudah memberikan lirik tersebut kepada teman - temanmu, dan sepertinya teman - temanmu sangat merindukanmu. Mereka belum mencari penggantimu. Dan mereka memainkan lagumu, lagu yang indah tetapi menyedihkan. Kamu ada disini kan?". Mia menunggu... dan menunggu..., dia berharap bahwa tangannya akan merasakan sensasi digenggam atau dia akan melihat pulpennya melayang - layang lagi di depan matanya, tetapi tidak satupun terjadi. Dan Mia menunggu sampai di hampir tiba di tempat pemberhentiannya... Dia menatap kertasnya masih kosong kecuali tulisannya tadi. Kemudian dia menuliskan sesuatu untuk terakhir kalinya sebelum turun dari bus, "Aku tidak tahu kamu masih ada atau tidak, tetapi mungkin aku akan sangat merindukanmu.".


You may also like

5 komentar:

  1. wuih,.keren li,.! merinding ku bc ending a,.wkwk
    two thumbs up! ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahay... masa g XD... kelak nk ku tambah gambar... tengah lobi2 Cristine buat ngegambar a XD

      Hapus
  2. bagus ceritanya kak.. :D
    ada cerita yg lain gak kak?? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks yo :D...

      Ada seh cerita lain, nanti bakal di post, rencananya ada cerita seri juga... hope I will make it happen.

      Dan ini nanti ceritanya saya ingin lengkapkan dengan ilustrasi gambar :D

      Hapus
  3. hehehe,, sip kak.. :D
    ditunggu cerita2 yg lain.. :)

    BalasHapus

alijaya. Diberdayakan oleh Blogger.